Fenomena Book Hoarding Di Indonesia

(Oleh: Ika Valentina Nurhayyumi Ismaya Jati, Mahasiswi prodi sastra Indonesia. Universitas Negeri Yogyakarta)

Indonesia terkenal akan budaya dan alamnya yang berlimpah. Banyak dari penulis yang menjadikan budaya dan alam Indonesia dimuat dalam tulisannya. Proses pembuatan kertas yang banyak orang tau juga dari pohon atau kayu jati, masihkah menyimpan buku saja tapi tidak segera di baca?. Nah, ini merupakan salah satu kebiasaan anak muda zaman sekarang atau disebut gen-Z hanya membeli buku saja tapi tidak tahu mau dibaca kapan.

Fenomena ini dinamakan Book Hoarding, biasanya nih anak muda zaman sekarang beli bukan karena ceritanya yang menarik tapi dilihat dari covernya yang lucu, diskon yang besar, ada hadiah dalam buku tersebut yang akibatnya malah gak di baca sama sekali. Unesco menyebutkan bahwa tingkat literasi Indonesia masih sangat rendah yaitu di angka 0,001% atau dapat dikatakan bahwa ada 1 orang saja yang rajin membaca buku.

Contohnya seperti aku sendiri, aku beli buku dari salah satu penulis terkenal yang covernya bagus banget tapi ternyata jalan ceritanya engga masuk di aku, yang mengakibatkan buku itu aku diamkan di rak buku tanpa aku sentuh sama sekali. Sejak adanya sosial media, banyak akun remaja yang upload buku disana itu dinamakan booktok atau bookstragam biasanya dalam akun tersebut akan diberi tahu jalan ceritanya seperti apa, menarik atau tidak jadi terdapat pencegahan untuk mengurangi book hoarding ini.

Kasihan kan penulis sudah susah payah menulis ceritanya tapi yang dilihat hanya cover saja, selain penulis penerbit juga merasa dirugikan jika hanya membeli namun tidak dibaca. Alam juga akan rugi, karena kertas yang dibuat untuk menulis kan dari pohon sudah di tebang dan mengurangi penghijauan tapi kita sebagai pembaca malah acuh terhadap itu semua. Memang kita membeli dan menguntungkan dengan uang untuk penerbit dan penulis tapi jika di diamkan begitu saja tanpa adanya niat untuk membaca akan menyebabkan diri sendiri boros terhadap sesuatu.

Book Hoarding untuk zaman sekarang sering disebut FOMO (Fear Of Missing Out) atau takut ketinggalan suatu trend. Buku itu sama seperti trend fashion kita gamau ketinggalan tapi di dalam itu ada “keharusan” untuk menyelesaikan. Berbeda dengan fashion yang diapakan saja masih bisa menyatu dan berbentuk beda, jika buku kan harus dibaca sampai tuntas. Buku memang sumber ilmu, sumber pengetahuan namun jika di diamkan saja di rak tanpa di sentuh abhkan tidak dibaca sama sekali sama saja kita tidak dapat apa-apa hanya membuang uang.

Nah adanya bookstragam atau booktok selain kita mau cari tau jalan ceritanya gimana itu juga bisa menjadi godaan untuk membeli. Banyaknya buku yang menumpuk kadang buat kita jadi jenuh, stress, tempat juga terlihat sempit nah ada beberapa cara agar kamu tidak jadi orang yang book hoarding. Jadi book hoarding itu masalah atau engga sih? Jawabannya tergantung jika itu sudah menimbulkan stres, menghabiskan banyak uang maka bisa jadi itu menjadi salah satu masalah.

Dari sini mungkin kalian akan menantang diri sendiri untuk bisa menamatkan semua buku yang sudah dibeli. Cara pertama kamu bisa pinjam buku yang kamu beli ke teman kamu yang sudah punya, jika kamu membacanya tertarik dengan isinya bisa langsung dibeli, cara kedua gunakan whistlist jika buku tersebut masih belum tersingkirikan dari whistlist kamu, kamu bisa coba membelinya dan jangan lupa untuk dibaca ya, cara ke tiga tetapkan budget untuk buku misalnya dalam sebulan kamu bisa membeli 7 buku tapi tidak bica bisa dikurangi menjadi 3 buku agar tidak boros dan dapat dimanfaatkan untuk hal lain.

Jika buku yang kamu punya sudah banyak maka kamu bisa donasikan buku tersebut biasanya dalam panti asuhan, atau sumbangan sosial dalam bentuk buku, nah buku tersebut dapat bermanfaat bagi orang lain kan. Yuk jangan Book Hearding, mari kita membeli apa yang seharusnya kita baca.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id Indonesian