Alek Bakajang, Tradisi Unik Warisan Asli Daerah Darek Minangkabau yang harus di Viralkan!

Gunung Malintang, Jalan Pikiran.com- Sebagaimana kita sangat mengenal Tradisi “Hoyak Tabuik” di Pariaman yang sangat terkenal itu. Ternyata di Minangkabau yang kaya akan budaya ini juga ada tradisi “ Alek Bakajang”. Tradisi Masyarakat di Nagari Gunung Malintang, Kec. Pangkalan, Kab. 50 kota.

Penulis sendiri secara jujur mengakui baru mengetahui adanya tradisi ini. Padahal rupanya tradisi ini sudah ada hidup sejak ratusan tahun di masyarakat gunung Malintang ini. Dan hebatnya lagi ternyata tradisi “Alek Bakajang” ini sudah dapat penghargaan Anugerah Pesona Indonesia Oleh menteri pariwisata Sandiaga Uno tahun lalu. Hanya saja, kita sbg masyarakat Sumatera barat aja yg belum banyak mengetahui ini.

Alek Bakajang ini pemulis amati dan rasakan langsung begitu kaya akan nilai-nilai budaya dengan beragam kegiatan adat istiadat didalamnya. Dimana inti dari Alek Bakajang ini adalah sebagai ajang silaturahim antar warga di gunung Malintang. Dengan memakai sampan atau kajang sbg transportasi nya. Karena warga dsini tinggal dibantaran sungai maek.

Dan sejak 2017 kegiatan Bakajang lebih dimeriahkan dengan membuat dan menghias kapal pesiar yang dilakukan oleh masing-masing jorong yg ada di gunung Malintang ini.

Selaik itu didalam rangkaian acaranya juga banyak kegiatan yg positif dan kayak akan nilai2 adat. Seperti penampilan tarian2 khas Minang, makan bajamba, pameran, menjalang Datuak dan Bundo kanduang dll.

Tradisi Alek Bakajang ini mesti harus dilestarikan terus dan ditingkatkan lagi pelaksanaannya dan kita harus lebih menviralkan tradisi ini. Agar seluruh dunia makin tau dan hadir ikut merasakan langsung keseruan dan kemeriahan tradisi ini.

Karena tradisi ini adalah salah satu tradisi monumental (setiap bulan Syawal) khas daerah darek Minangkabau yang Dimana di daerah Luhak nan bungsu yaitu Luhak 50’kota. Kalau hoyak tabuik kan jelas tradisi di daerah rantau Minangkabau yang dilaksanakan setiap awal bulan Muharram.

Makanya sudah kewajiban kita semua mulai dri pemerintah hingga masyarakat menjadikan Alek Bakajang Ini sgt semarak dan kalau bsa lebih semarak dg tradisi hoyak tabuik di Pariaman.

Memasang spanduk atau baliho-baliho informasi dan promosi  di kota-kota dan minimal di simpang tugu MTQ pangkalan (sebelah kiri kalau arah ke PKU). Dan menviralkan even keren ini di medsos-medsos. Di endorse oleh para tokoh-tokoh dan penjabat hingga selebbgram/influencher minang. Poster aacara ini di respot atau di posting ulang oleh akun-akun lain. Terlebih akun-akun public yang banyak pengikutnya.

Tata kelola program juga lebih di tingkatkan dan dirapikan. Seperti pengelolaan program-program penarik pengunjung, sehingga pengunjung tidak sekedar melihat tapi juga bsa ikut merasakan langsung tradisi ini. Seperti memperbolehkan pengunjung untuk masuk dan naik ke atas kajang/perahu pesiarnya dan dikenakan tarif. Penulis yakin akan banyak pengunjung yang antusias dan juga dapat menambah tambahan pendapatan untuk panitia dan warga.

 Tata kelola parkir lebih diperhatikan dan dirapikan dengan menyediakan tempat-tempat parkir yang gratis.  Mendirikan tempat-tempat penginapan & Homestay bernuansa budaya ataupun agama, karena saat ini masih belum da saya dapati Homestay dan penginapan untuk pengunjung yang datang dari luar. Padahal even ini dilaksanakan beberapa hari dan hampir satu pekan. Maka ini sangan potensial bagi pelaku-pelaku usaha penginapan di sekitar wilayah gunung Malintang ini.

Dan destinasi-destinasi wisata di sungai, hingga destinasi kuliner yang dirapikan tempat dan jenis-jenis kulinernya.

Hingga yang paling penting lagi adalah persoalan kebersihan yangg mesti sangat diperhatikan oleh pemerintah, warga setempat dan pengunjung agar jangan sampai merusak nilai estetika dan keindahan sungai. Sbb banyaknya warga yang masih kurang kesadarannya menjaga kebersihan lingkungan terutama ke sungai.

Karena nampak banyaknya warga yang buang sampah2 ke sungai. Tentunya ini tidak baik dan bisa berbahaya utk jangka panjang. Sampah di sungai yang menumpuk, air sungai tercemar hingga banjir bandang karena ketidakmampuan sungai menahan debit air karena sungai sudah dipenuhi sampah.

Sekali lagi penulis sendiri dan keluarga sangat terkesan dg tradisi Alek Bakajang ini. Terlebih warga setempat yang sangat  ramah dan menyambuta hangat pengunjung dari luar. Tidak ada pungli dan pemalakan yang penulis temukan sebagaimana yang biasa terjadi ditempat-tempat wisata di Sumatera barat ini. Dan juga akses jalan yang bagus dan lancer. Pokoknya sangat berkesan dan nyamanlah Ketika penulis berada dan mengiikuti alek bakajang ini.

Semoga tradisi ini terus dilestarikan dan jadi even budaya yang terkenal dan menginspirasi dunia.  #alekbakajang #pesonaminangkabau #pesonaindonesia

(Egip Saep)

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id Indonesian