Indonesia gabung BRICS, pemantik Krisisi Moneter Reborn?

(Oleh: Bagaskara Putra Utama, Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta)

Langkah Indonesia untuk bergabung dengan BRICS bisa jadi awal dari masalah besar. Bukan masalah dari dalam negeri, tapi dari luar—lebih tepatnya, dari Amerika Serikat. Amerika selama ini dikenal sebagai negara yang paling sensitif terhadap dua hal: minyak dan dolar. Dan dengan bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS, kita seperti sedang menginjak salah satu dari dua urat saraf terpenting Washington (Dollar & Minyak).

            Kenapa Amerika Marah? BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) bukan sekadar aliansi ekonomi biasa. Kelompok ini semakin lantang menggaungkan dedolarisasi, alias mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dalam perdagangan global. Ini jelas menjadi ancaman bagi dominasi ekonomi Amerika yang selama ini bertumpu pada kekuatan dolar sebagai mata uang cadangan dunia. Sebagai negara dengan sumber daya alam melimpah, terutama dalam sektor energi, Indonesia menjadi bidikan penting dalam geopolitik global.

Jika Indonesia benar-benar mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan internasionalnya, maka dampaknya bisa signifikan. Amerika yang selama ini menikmati keuntungan dari sistem keuangan global berbasis dolar tentu tidak akan tinggal diam.

Indonesia Dalam Bahaya?

Masalahnya, bergabung dengan BRICS bukan seperti masuk NATO atau aliansi pertahanan lainnya. BRICS adalah pakta ekonomi, bukan pakta militer. Artinya, jika sewaktu-waktu Amerika memutuskan untuk menjatuhkan sanksi atau bahkan melakukan intervensi ekonomi yang bisa melumpuhkan Indonesia, maka negara-negara BRICS lain kemungkinan besar hanya akan menonton dari kejauhan.

Kita sudah melihat bagaimana Amerika bereaksi terhadap negara-negara yang berusaha keluar dari pengaruh dolar. Venezuela dan Iran mengalami sanksi ekonomi yang brutal. Rusia menghadapi pemblokiran keuangan besar-besaran setelah konflik dengan Ukraina. Jika Amerika melihat Indonesia sebagai ancaman baru terhadap supremasi ekonominya, maka kita bisa menghadapi tekanan yang sama—bisa berupa sanksi, serangan terhadap nilai tukar rupiah, atau bahkan sabotase ekonomi dalam bentuk lain.

Apa yang Bisa Terjadi Selanjutnya?

Amerika memiliki berbagai cara untuk menghukum negara-negara yang dianggap tidak sejalan dengan kepentingannya. Salah satu skenario yang mungkin terjadi adalah meningkatnya tekanan ekonomi secara bertahap. Investor asing, yang sebagian besar masih berafiliasi dengan kepentingan Barat, bisa saja mulai menarik dananya dari Indonesia. Ketidakstabilan nilai tukar rupiah dan lonjakan harga barang impor bisa terjadi, yang pada akhirnya akan berdampak langsung pada masyarakat.

Selain itu, Amerika juga memiliki pengaruh besar dalam berbagai lembaga keuangan dunia seperti IMF dan Bank Dunia. Jika mereka memutuskan untuk menyulitkan akses Indonesia terhadap pinjaman internasional atau menekan kebijakan ekonomi kita melalui jalur diplomasi, maka dampaknya akan sangat terasa. Kita juga harus ingat bahwa Indonesia masih memiliki ketergantungan besar pada impor bahan bakar dan teknologi dari negara-negara Barat.

Haruskah Kita Khawatir?

Keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS tentu memiliki keuntungan jangka panjang, terutama dalam diversifikasi ekonomi dan pengurangan ketergantungan pada negara Barat. Namun, tanpa strategi mitigasi yang kuat, kita bisa masuk ke dalam jebakan geopolitik yang lebih besar. Amerika bukan hanya sekadar negara kuat, tetapi juga negara yang terbiasa bermain kasar dalam mempertahankan kepentingannya.

Jika Indonesia benar-benar ingin menempuh jalan ini, maka pemerintah harus bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Dari membangun ketahanan ekonomi domestik, memperkuat cadangan devisa, hingga memastikan bahwa kita tidak terlalu bergantung pada satu blok ekonomi saja. Jangan sampai keputusan yang diambil untuk kepentingan jangka panjang malah berbalik menjadi krisis nasional yang menghantam rakyat kecil lebih dulu.

Apakah Indonesia siap menghadapi kemarahan Amerika? Waktulah yang akan menjawab.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id Indonesian