Program Makan Gratis Bergizi Dan Ancaman Bagi Food Waste

(Oleh: Doni Saputra, Mahasiswa Prodi Hukum UPN Bukittinggi)

Program Makan Siang Gratis yang dicanangkan oleh pemerintahan Prabowo Gibran pada dasarnya membawa angin segar bagi masyarakat di Indonesia. Gimana tidak? tak tanggung-tanggung menurut TKN Prabowo Gibran di tahun pertama akan menggelontorkan dana sebesar Rp 120 triliun. hal ini dapat menjadi jawaban atas masalah stunting, kurang gizi dan permasalahan gizi lain nya.

Berdasarkan data SKI (Survei Kesehatan Indonesia) 2024 angka stunting di Indonesia saat ini berada di 21,5% yang berarti dalam 10 tahun terakhir (2013-2023) mengalami penurunan. namun hal ini masih di bawah RPJMN yakni 14%.

Frekuensi stunting saat ini dipengaruhi berbagai faktor pada periode prenatal dan periode kelahiran hingga postnatal, terutama bumil risiko KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan pemeriksaan kehamilan (K4). Dibandingkan tahun 2022, di tahun 2023 proporsi bumil risiko KEK meningkat sedangkan pemeriksaan kehamilan (K4) menurun.

Kedua faktor ini merupakan faktor penentu status gizi sebelum bayi lahir yang perlu mendapat perhatian sehingga program pemberian makan siang dan susu gratis dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut untuk meningkatkan status gizi bayi. Gizi yang baik dapat menjadi bekal untuk menciptakan SDM yang baik dan unggul guna menyongsong Indonesia Emas 2045.

Namun, di balik program makan bergizi ini ada ancaman yang mengintip dalam implementasinya yang tak boleh diabaikan yaitu food waste atau pemborosan makanan. Food waste ini sendiri ialah pemborosan makanan yang sebenarnya masih layak untuk dikonsumsi dan akhirnya menumpuk di TPA.

Ancaman food waste dalam program makan siang gratis ini tidak hanya merugikan secara ekonomi, tetapi juga memiliki dampak lingkungan yang serius. Makanan yang dibuang secara tidak perlu akan berakhir sebagai limbah organik, menyumbang pada masalah pencemaran lingkungan dan emisi gas rumah kaca dari tempat pembuangan sampah.

Upaya untuk mengatasi ancaman food waste ini, diperlukan langkah-langkah konkret dari pemerintah dan pihak terkait. Perencanaan yang lebih matang dalam menentukan jumlah makanan yang dibutuhkan berdasarkan data real, penggunaan strategi distribusi yang efisien untuk memastikan makanan sampai kepada yang membutuhkan, serta penerapan sistem pengelolaan sisa makanan yang berkelanjutan merupakan beberapa langkah yang dapat diambil.

Menurut analisa hemat Penulis, ancaman food waste terhadap makanan yang terbuang akibat MGB tersebut dapat mengeluarkan metana dan karbondioksida sehingga tidak sehat untuk bumi kita. Jika itu terjadi maka bumi akan mengalami pemanasan global dimana energi dan air yang digunakan untuk memproduksi makanan juga menjadi sia-sia.

Ancaman selanjutnya makanan yang terbuang Food waste menyebabkan kerugian ekonomi besar- besaran, baik pada tingkat individu maupun global. Misalnya, rumah tangga menghabiskan uang untuk membeli makanan yang tidak mereka konsumsi, sementara produsen dan distributor kehilangan potensi keuntungan. Makanan yang terbuang dalam rantai pasok, seperti selama transportasi dan penyimpanan, menciptakan ketidakseimbangan dalam ekonomi pangan.

Di sisi lain dari pemborosan makanan, jutaan orang di seluruh dunia menderita kelaparan. Food waste menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam sistem distribusi pangan global, di mana makanan berlimpah di satu tempat tetapi tidak tersedia di tempat lain. Membuang makanan yang layak dimakan juga mencerminkan kurangnya kesadaran akan nilai makanan dan perjuangan banyak orang untuk mendapatkan pangan yang cukup.

Menurut saya masih kurang efektif karna masih harus dipertimbangkan serta evaluasi lebih lanjut mengenai program makan siang gratis ini. Mulai dari alergi anak, anak yang tidak bisa toleransi laktosa, serta kebersihan dan kualitas dapur, penggunaan dana APBN masih harus dipertimbangkan lagi.

 Program ini juga masih belum tepat sasaran, menjadikannya peluang besar untuk korupsi dan menurut saya harus diberhentikan. Program makan siang gratis ini hanya membuang anggaran APBN dan food waste. Anak masih dalam masa pertumbuhan dan mereka sangat membutuhkan gizi, sedangkan makan siang gratis yang diberikan masih banyak yang tidak memenuhi standar, bahkan jauh dari kata layak.

Daripada itu, Solusi yang bisa Penulis katakan bahwa lebih baik diberhentikan dan fokus membangun pendidikan. Banyak sekali sisi negatifnya, program ini sangat rawan untuk dijadikan ajang korupsi, kualitas yang tidak terjaga dan tidak terjamin, tinjauan yang kurang mengenai alergi anak dan rasa yang mereka tidak suka. Daripada itu, saya rasa dengan anggaran yang mencapai 400 triliyun, lebih baik fokus dengan pemerataan fasilitas pendidikan, penyediaan lapangan kerja, sembako yang murah dan perbaikan ekonomi.

 Jika ada makan gratis tetapi harga sembago melonjak, lapangan kerja yang minim, belum lagi ada berita yang menyatakan di beberapa tempat, program MBG ini masih menggunakan uang pribadi Prabowo, mereka menganggap tindakan yang beliau lakukan adalah sebagai pahlawan, malah itu justru yang sebaliknya. Itu adalah bukti bahwa alokasi dana masih belum berjalan dengan baik dan tidak matang.

Penulis rasa hal ini tidak usah dipaksakan jika memang tidak bisa, karna dari awal program ini sudah tidak masuk akal dan akan sangan sulit sekali. Oleh karena itu, saran hemat penulis agar pemerintah juga memikirkan dan mempertimbangkan hal ini. Pemerintah seyogyanya juga serius fokus untuk melakikan langkah-langkah konkret sebaga mitigas/pencegahan agar  ancaman food waste ini dapat dicegah ataupun diminimalisir.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id Indonesian