(Oleh: Tgk. Fajar M)
Ketahuilah wahai para penuntut ilmu, ketahuilah wahai pemuda, maka ingatlah ungkapan ini, ingatlah ibrah ini, bukankah sebaik-baik pelajaran adalah sebuah sejarah. Maka ketahuilah yaa syabab, Allah tidak meninggikan nama al-imam Ahmad Ibnu Hambal atau al imam Al’izz karena ia murid dari seorang Asy’ari atau Syafi’i. Sejarah juga tidak mencatat nama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah karena ia beraqidah Salafi atau bermazhab Hanbali dan sejarah juga tidak mencatat Shalahuddin dan Muhammad al-Fatih adalah pewaris kekuasaan.
Akan tetapi, Allah meninggikan keduanya karena mereka berpegang teguh kepada agamanya dan memberi loyalitas kepadanya serta melakukan permusuhan terhadap para tirani. Dan karena mereka menegakkan hak Allah, membela agamaNya, dan berjihad di jalanNya.
Mereka tidak duduk di menara gading lalu memandang rendah masyarakatnya. Justru mereka sangat cepat dalam menyelesaikan problematika rakyat, menasihati mereka dan menasihati para pemimpin Muslim di masanya. Mereka tidak peduli dengan kemarahan penguasa zhalim maupun antek-anteknya. Maka jadilah imam Al’Izz dan imam Ibnu Taimiyyah.
Telusurilah sejarah, jika engkau temukan seorang pemimpin beraqidah seperti Ibnu Taimiyah yang bergabung dengan Mongol atau yang lain dengan yang beraqidah sebagaimana Al’Izz lalu condong kepada orang-orang yang zalim. Maka engkau tidak akan mendengar nama mereka disebut dan engkau tidak akan merasakan keberadaan mereka dalam kehidupan ini.
Demikian pula hari ini, ada ulama yang lantang menyuarakan kebenaran dan membela kebenaran dan ada pula yang loyal kepada penguasa dzalim dan bersekutu dalam kejahatan mereka. Contoh dari kedua golongan ini sangat banyak.
Agama Allah itu mulia. Barangsiapa bersungguh-sungguh dan keliru dalam akidah yang benar, maka ia dimaafkan dan diampuni. Akan tetapi, barangsiapa loyal kepada orang-orang yang zalim, condong kepada para penguasa dzalim, membenarkan kejahatan mereka, serta ridha dan mengikuti mereka, maka ia tidak akan selamat di dunia maupun di akhiratnya.