Doa Untuk Faldo Maldini
(Egip Satria Eka Putra, Ketua MPM KM UNAND)
Hampir di setiap lokasi strategis di sudut-sudut jalan utama di Kota Padang kini terpajang sebuah poto seorang anak muda yang gagah dengan baju koko putih dan peci hitam dan tertulis tagline “Sumangaik Baru” berlatar logo Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ya, pemuda itu adalah Faldo Maldini. Sosok politikus muda yang santer banyak diperbincangkan akhir-akhir ini.
Faldo Maldini kini begitu menarik dan ramai diperbincangkan karena kemunculannya yang tiba-tiba di PSI setelah sebelumnya sama-sama kita ketahui bahwa Faldo Maldini adalah kader Partai Amanat Nasional (PAN) yang pada Pemilu Presiden 2019 yang lalu adalah sosok juru bicara BPN 02 yang sangat lantang, percaya diri, dan, seperti tak dapat dihindarkan, serta pongah membela dan mendukung paslon Prabowo dan Sandiaga Uno. Kemunculan Faldo Maldini dengan logo PSI memang sangat mengejutkan walaupun itu tidak aneh dalam politik kita yang penuh “kutu loncat” bertopeng peduli rakyat demi mendapatkan tampuk kekuasaan.
Kemunculan Faldo Maldini di PSI yang kini menjabat sebagai Ketua DPW Provinsi Sumatera Barat dan menjadi jubir PSI lagi-lagi menurut hemat penulis adalah tidak dapat diterima begitu saja dan perlu untuk dikaji serta dikritisi.
Hal tersebut dikarenakan proses Faldo menjadi kader PSI sangat instan dan terkesan terburu-buru. Padahal jika kita ingat bahwa PSI beberapa waktu lalu sempat mengeluarkan pernyataan tidak akan merekrut mereka-mereka yang sudah lama berkecimpung dalam dunia politik. Dimana oleh Grace Natalia sang ketua Umum PSI menyatakan mereka sebagai politisi-politisi lama (old).
Akibat dari pernyataan tersebut, maka seleksi penerimaan waktu lalu sebagai calon anggota legislatif sangat ketat. Di mana jika dia ternyata seorang politisi lama yang seakan menjadi kutu loncat, bisa dipastikan dirinya tidak akan diterima keanggotaanya. Tetapi kini setelah melihat bagaimana sosok politisi sekelas pusat, yakni Faldo Mandini seakan sangat cepat mendapatkan “karpet merah” bergabung bersama PSI. Bahkan dirinya langsung bisa menjadi pimpinan kader daerah yang ada di Sumatra Barat.
Kemudian ketika melihat sikap PSI seakan menerima langsung sosok mantan kader PAN ini jadi bagian mereka, bukankah mereka tampak menunjukkan sikap yang “mendua hati” alias tidak tegas dan plin-plan? Apakah karena posisi seorang Faldo Maldini berada di pusat sehingga bisa melanggeng dengan mudah, sedangkan para kader-kader yang dari daerah yang bahkan mungkin punya kapabilitas besar tetapi harus memenuhi banyak syarat-syarat dulu.
Pada tulisan ini, memang tujuan penulis adalah untung mengkritisi tindakan Faldo Maldini dan juga sikap PSI yang dari kaca mata penulis adalah tindakan yang tidak mencerminkan sikap integritas dari seorang tokoh publik. Faldo dan PSI kini tidak ada bedanya. Sama-sama tidak punya komitmen tinggi dan jiwa teguh pendirian alias “plin-plan”. Faldo menduakan dan tidak setia dengan PAN dengan jabatannya sebagai Wakil Sekjen dan PSI yang tidak komitmen dengan pernyataan dan sikapnya.
Faldo Maldini adalah pemuda berdarah Minang yang lahir pada 9 Juli 1990. Seperti dilansir detik.com, Faldo menuntaskan pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah di kampung halamannya. Setelah lulus sekolah menengah atas (SMA), ia merantau ke Pulau Jawa karena diterima menjadi mahasiswa Jurusan Fisika, Universitas Indonesia pada 2008.
Selama kuliah, tercatat ada berbagai posisi strategis kemahasiswaan yang pernah diduduki pria kelahiran 9 Juli 1990 ini. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) Fisika UI, Ketua BEM FMIPA UI, dan puncaknya, menjadi Ketua BEM UI 2012.
Faldo juga pernah didaulat sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom (PPI UK) ketika ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di Imperial College London. Beasiswa itu diberikan bakat kepemimpinan yang dimiliki Faldo mendapat apresiasi dari PPSDMS NF dan Goodwill International Scholarship. Sebagai Ketua PPI UK, Faldo memimpin 32 cabang yang dimiliki organisasi itu, yang tersebar di berbagai wilayah di Inggris dengan jumlah mahasiswa Indonesia sekitar 1.600 orang.
Prestasi lainnya dari Faldo adalah ketika ia bersama rekannya Selvin Andika ZM menggagas pulangkampuang.com. Sebuah portal yang bertujuan menyatukan orang Minang yang ada di rantau dan di Sumatera Barat. Portal ini sebagai wadah gerakan untuk berkontribusi bagi “urang awak” yang masih berjuang di daerah rantau maupun di tanah Minang. Melalui program ini juga ia membuat program penggunaan mesin pengelolaan limbah yang membeli sampah dari masyarakat untuk didaur ulang. Melalui pulangkampuang.com, komunitas orang Minang binaannya kini telah mencapai 30 ribu anggota.
Dari segi Track Record, Faldo adalah sosok anak muda yang punya bakat dan potensi yang besar. Faldo punya semangat yang kuat dan nyali yang besar serta jiwa kepemimpinannya yang tidak perlu diragukan lagi. Faldo tidak seperti anak muda yang terjun ke politik kebanyakan; ia tidak punya koneksi kuat di partai politik, tidak punya tante atau om yang menduduki jabatan strategis tertentu di badan usaha milik negara (BUMN), atau “temannya papa” di pemerintahan. Ayahanda Faldo adalah seorang pedagang, sedangkan ibunya bekerja di sektor swasta. Disini penulis memang akui sangat kagum dan salut dengan kapasitas dari sosok seorang Faldo Maldini.
Penulis di sini ingin sampaikan bahwa betapa Faldo Maldini sebenarnya adalah sosok publik fugur yang patut untuk diteladani. Usaha, semangat dan kegigihannya telah begitu banyak menginspirasi anak muda. Namun bagi penulis itu semua tidak berarti apa-apa lagi. Marwahnya seolah-olah sudah runtuh hilang akibat efek sikap politiknya yang sekarang. Jujur penulis sangat kecewa.
Kepada tribunnews.com (1/11/2019), Faldo mengungkapkan alasannya pindah ke PSI karena ingin maju dalam Pilgub Sumbar 2020 dan PSI bersedia mewadahi cita-cita politiknya tersebut. Menurut penulis alasan tersebut tidak dapat dibenarkan begitu saja. Terlihat mencolok bahwa betapa Faldo begitu mengedepankan ambisi pribadinya ketimbang citra dan integritasnya.
Kalau boleh disebut sebagai “kesalahan”, maka kesalahan terbesar Faldo adalah memulai karir politiknya dengan ambisi yang terlalu instan: bergabung di PAN dan begitu cepat menjadi Wasekjen. Hanya jadi tukang sorak di partai besar, ternyata tidak menjamin untuk cepat-cepat menjadi anggota DPR.
Kini memang Faldo telah pindah ke PSI, barangkali hal ini lebih baik. Semestinya ia sudah sadar sejak awal, masuk di partai besar dan hanya menjadi “tukang sorak” saja, sekalipun dengan jabatan Wasekjen, tentu tidak akan memuaskan baginya sebagai anak muda yang ingin mencoba banyak hal.
Faldo memang tidak salah bila ia ingin berkarier di politik, hanya saja sebaiknya Faldo lebih banyak “berkeringat bersama rakyat” terlebih dahulu. Saran penulis Faldo sebaiknya menjadi “pisang yang masak di batang dan bukan pisang yang masak karena diperam”. Sebagai anak muda dalam dunia politik, Faldo lebih baik memperbanyak bersikap rendah hati untuk tidak tahu apa-apa tentang rakyat dan kemudian memilih bergelimang bersama rakyat, daripada begitu percaya diri akan mewakili rakyat di parlemen atau menjadi pemimpin rakyat di sebuah provinsi seperti Sumatra Barat.
Akhirnya, penulis hanya dapat mempersembahkan doa untuk kakanda Faldo Maldini. Semoga ini adalah hal yang terakhir beliau gonta-ganti partai. Cukup kali ini saja pindah partai. Jangan sampai setelah beberapa waktu di PSI, terus pindah lagi ke partai yang lain. Jelas itu tidaklah baik. Doa penulis semoga niat baik Faldo Maldini untuk maju di Pilgub Sumbar nanti dapat berjalan lancar dan diberi kemudahan oleh Yang Maha Kuasa. Nama Faldo mendapat tempat yang baik di masyarakat Sumbar. Dan tidak hanya karena “Ambisi Sesaat” saja. Semoga!
(Tulisan ini Sudah Dimuat di sumbarsatu.com, Jum’at, 15/11/2019 09:04 WIB)
Profile Founder
Hari-hari kesibukan egip kini adalah selain masih terus aktif menulis. Ia juga sering diminta sebagai pembicara, narasumber, panelis hingga dewan juri untuk kegiatan-kegiatan/even mahasiswa mulai dari tingkat kampus hingga skala nasional.
Kemampuan public speaking dan keluasan wawasannya betul-betul dimanfaatkan dengan saling berbagi dengan banyak orang. “Sembari menjemput inspirasi dan motivasi”