Penguatan Karakter siswa SD melalui Merdeka Belajar Pembelajaran Berbasis Proyek

(Oleh: Fauzan Nur Alamsyah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta)

Di era abad ke-21, pendidikan tidak hanya menuntut siswa untuk cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter  kreatif, dan berempati. Salah satu pendekatan yang kini menjadi motor penggerak transformasi pendidikan adalah pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning/PjBL) dalam kerangka Merdeka Belajar.

Pendekatan ini mengajak siswa untuk belajar melalui pengalaman langsung, memecahkan masalah nyata, serta menumbuhkan nilai-nilai moral dan sosial di setiap kegiatan. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam menggali makna dari setiap proyek yang mereka kerjakan.

Salah satu pendekatan yang menjadi motor penggerak transformasi pendidikan dalam semangat Merdeka Belajar adalah pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning/PjBL). Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya mempelajari teori di kelas, tetapi juga terlibat langsung dalam kegiatan yang menuntut pemecahan masalah nyata, refleksi diri, dan kerja sama dengan teman sebaya. Guru berperan bukan lagi sebagai satu-satunya sumber pengetahuan, melainkan sebagai fasilitator dan pendamping yang membimbing siswa dalam menemukan makna dari setiap proses belajar yang mereka jalani.

Dalam salah satu kegiatan pembelajaran berbasis proyek di Kota Semarang, siswa sekolah dasar diajak untuk mengembangkan karakter dan literasi melalui kegiatan bertema “Membaca Karakter melalui Empat Kata Ajaib”, yaitu maaf, tolong, terima kasih, dan permisi. Melalui aktivitas sederhana ini, siswa belajar bagaimana kata-kata sopan dapat mencerminkan karakter yang baik dan membangun hubungan positif.

Setelah membaca, anak-anak menuliskan pesan yang mereka temukan di dalam buku, seperti pentingnya menghargai orang lain, meminta maaf dengan tulus, atau berterima kasih atas bantuan kecil. Proses membaca dan menulis ini melatih kemampuan literasi sekaligus memperkuat nilai moral dalam diri anak.

Penelitian Zubaidah (2021) dalam Jurnal Pendidikan Karakter, pembelajaran berbasis proyek mampu menumbuhkan nilai tanggung jawab dan empati karena siswa tidak hanya belajar tentang moral secara teoritis, tetapi mengalaminya dalam tindakan nyata. “Ketika anak menulis pesan moral yang ia pahami, ia sedang memantulkan nilai itu ke dalam dirinya sendiri”.

Kegiatan seperti ini juga mencerminkan keterampilan abad ke-21 Critical Thinking, Creativity, Collaboration, dan Communication (4C). Anak anak berlatih berpikir kritis terhadap isi cerita, kreatif menulis ulang pesan moral, berkolaborasi dengan teman dalam membaca bersama, serta berani mengomunikasikan hasil refleksinya. Semua proses itu bagian dari awal membentuk karakter yang santun, dan reflektif.

Merdeka Belajar berbasis proyek bukan hanya inovasi kurikulum, tetapi sebuah gerakan untuk menghidupkan nilai kemanusiaan dalam pendidikan. Dengan cara sederhana seperti membaca buku dan menulis pesan dari dalamnya, anak-anak SD belajar menjadi pelajar yang berkarakter dan berempati. Lebih dari sekadar kegiatan membaca dan menulis, program ini adalah gerakan kecil menanamkan nilai kemanusiaan dalam pendidikan dasar. Anak-anak tidak dipaksa menghafal definisi sopan santun, tetapi diberi ruang untuk merasakan dan mempraktikkannya.

Kelak, tidak hanya dikenang sebagai rangkaian kegiatan belajar, tetapi sebagai jejak kecil perubahan untuk menyalakan semangat di hati anak-anak. Dari ruang sederhana, dari buku bergambar dan empat kata ajaib yang diucapkan dengan tulus, tumbuh benih karakter yang lembut namun kuat. Karena sejatinya pendidikan tidak berhenti pada pengetahuan — tetapi berlanjut pada pembentukan hati dan perilaku.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *