Program Makan Bergizi Gratis: Respon Anak SD Yang Picky Eater

Oleh: Farah Salsabila

Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan program yang dijanjikan oleh presiden Prabowo saat mencalonkan diri menjadi presiden. Program ini bertujuan untuk membantu anak-anak sekolah yang nutrisinya kurang terpenuhi. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) baru-baru ini digalakkan oleh pemerintah menjadi langkah ambisius dalam upaya meningkatkan kualitas gizi anak Indonesia, terutama siswa Sekolah Dasar (SD). Dengan harapan besar menekan angka stunting dan mendukung kecerdasan anak, program ini menyediakan makanan bergizi secara cuma-cuma setiap hari di sekolah. Namun, beberapa anak SD ada yang tidak mau memakan makanan tersebut.

Saat makan gratis sudah dilaksanakan di beberapa sekolah, guru mulai melihat fenomena yang cukup mengkhawatirkan, banyak siswa tidak menghabiskan makanan mereka. Bahkan, tak sedikit anak yang menolak makan hanya karena tidak suka bentuknya, baunya aneh, atau tidak pernah mencobanya di rumah. Anak-anak ini dikenal sebagai picky eater, atau pemilih makanan.

Fenomena picky eater bukan hal baru. Banyak anak di usia SD sedang berada di fase di mana mereka cenderung menolak makanan baru, takut mencoba rasa asing, atau hanya ingin makan makanan yang familiar seperti ayam goreng, mie instan, atau camilan manis. Masalahnya, makanan bergizi yang disediakan oleh sekolah sering kali berupa sayuran, ikan, atau makanan rumahan dengan rasa yang sederhana, bukan yang biasa mereka makan di rumah.

Hal tersebut menyebabkan manfaat dari makan bergizi gratis ini menjadi kurang efektif, meskipun pemerintah sudah menganggarkan dan menyiapkan makanan dengan kandungan gizi yang lengkap, manfaatnya belum tentu sampaip ke anak-anak yang membutuhkannya. Makanan yang ditolak hanya akan terbuang dan tujuan program ini terancam tidak tercapai.

Lalu siapa yang salah? Apakah pemerintah? Sekolah? Anak-anak? Jawabannya, seharusnya bukan saling menyalahkan, tapi saling bekerja sama. Orang tua perlu mulai mengenalkan makanan bergizi sejak dini di rumah. Sekolah bisa mengadakan edukasi gizi dalam bentuk cerita, permainan, atau makan bersama yang menyenangkan. Pemerintah pun perlu mempertimbangkan menu yang tidak hanya sehat, tetapi juga disukai anak-anak.

Program Makan Bergizi Gratis adalah harapan baru untuk generasi Indonesia yang lebih sehat dan cerdas. Namun, harapan ini tidak akan tercapai bila anak-anak tidak benar-benar mengonsumsi makanan yang disediakan. Masalah picky eater bukanlah hal yang bisa diabaikan atau disalahkan semata pada anak. Jika kita ingin program ini berhasil, maka pendekatannya tidak boleh hanya sebatas “memberi makan”, tetapi juga membentuk kebiasaan makan yang baik, menyenangkan, dan penuh edukasi. Karena makanan gratis hanya akan jadi sia-sia jika akhirnya tetap dibiarkan dingin di atas piring.

Share :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id Indonesian