(Oleh: Desnisaa Nova Riyanti, Mahasiswi Sastra Indonesia UNY)
Beberapa tahun belakangan, istilah digital detox makin sering seliweran di media sosial. Orang-orang pada heboh ngumumin kalau mereka mau puasa gadget, cuti dari Instagram, atau bahkan sengaja beli HP jadul biar nggak terdistraksi notifikasi. Katanya sih biar lebih mindful, lebih waras, dan nggak stres gara-gara dunia maya. Tapi, pertanyaannya: digital detox ini beneran bikin hidup lebih sehat atau cuma tren sesaat? Jangan-jangan, ini cuma ajang pamer biar keliatan lebih zen, padahal pas balik lagi ke medsos malah makin kecanduan?
Digital Detox: Solusi atau Sekadar Gimmick?
Inti dari digital detox ini sederhana: mengurangi atau bahkan berhenti total pakai gadget dan media sosial dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya biar kita lebih fokus ke dunia nyata, nggak kecanduan scrolling, dan nggak gampang stres gara-gara berita atau kehidupan orang lain yang keliatan lebih seru di Instagram. Secara teori, ini masuk akal banget. Banyak riset bilang kalau kebanyakan mantengin layar bisa bikin otak lelah, susah tidur, dan gampang cemas. Jadi, wajar aja kalau orang-orang pengen nyari keseimbangan. Tapi, ada satu hal yang menggelitik. Digital detox ini sering banget jadi semacam flexing baru. Orang-orang pada ngumumin di Instagram kalau mereka bakal “menghilang” dulu selama seminggu, tapi… pengumumannya tetep diposting di Instagram. Lah? Kalau beneran mau detox, kenapa harus diumumin ke dunia?
Manfaat Digital Detox (Kalau Beneran Dilakuin)
Oke, kita nggak bisa menutup mata kalau digital detox ini punya manfaat nyata tentu aja kalau dilakukan dengan sungguh-sungguh, bukan sekadar cari perhatian.Sering mantengin media sosial itu capek, bro. Lihat orang lain liburan terus, padahal kita lagi bokek, bisa bikin stres. Digital detox bisa bantu kita fokus ke hidup sendiri tanpa harus bandingin diri sama orang lain.HP itu kayak racun buat tidur. Cahaya birunya bikin otak kita nggak bisa rileks, dan sebelum tidur malah kepancing scroll TikTok sampai subuh. Jeda dari gadget bisa bantu kita tidur lebih cepat dan lebih berkualitas.Pernah nggak sih, mau kerja tapi malah ke distract sama satu notifikasi WA, yang ujung-ujungnya malah jadi sesi scrolling dua jam di Twitter? Dengan mengurangi paparan gadget, kita bisa lebih fokus ke kerjaan atau aktivitas lain.Kita sering ketemu temen tapi semuanya sibuk mantengin HP masing-masing. Dengan digital detox, kita bisa lebih present saat ngobrol, nggak cuma fisiknya doang yang ada tapi pikirannya melayang ke Instagram.
Tantangan Digital Detox: Susahnya Lepas dari Gadget
Meskipun kedengerannya keren, digital detox ini susah banget diterapin, apalagi di era serba digital.Gimana mau detox kalau kerjaan aja butuh internet? Sekarang hampir semua orang kerja lewat laptop atau HP. Kecuali lo mau resign dan pindah ke hutan jadi petani, detox total itu nyaris mustahil.Takut ketinggalan gosip atau berita terbaru itu nyata, gengs. Kita sering merasa harus terus update biar nggak kudet. Kalau terlalu lama nggak buka medsos, tiba-tiba ada berita viral, terus kita bengong karena nggak ngerti konteksnya.Ironisnya, tren digital detox ini sendiri bisa jadi tekanan sosial. Lihat orang lain pamer detox, kita jadi kepikiran, “Eh, gue juga harus detox, nih.” Padahal, kalau niatnya cuma biar ikut-ikutan, ya percuma.Banyak orang yang detox sebentar, terus pas balik ke dunia digital malah jadi lebih kecanduan. Kayak orang yang diet ketat, pas cheat day malah kalap. Jadi, kalau nggak ada perubahan kebiasaan jangka panjang, detox ini bisa jadi sia-sia.
Digital Detox: Gaya Hidup atau Hanya Tren?
Sebenernya, yang paling penting bukan berapa lama kita bisa lepas dari gadget, tapi gimana kita bisa mengatur penggunaannya dengan lebih sehat. Jadi, daripada sekadar ikut tren, mending mulai sadar dan ubah kebiasaan digital kita secara lebih realistis. Biar nggak sekadar detox, tapi benar-benar dapet manfaatnya. Digital detox itu bagus, tapi kalau cuma dilakukan buat gaya-gayaan atau cari perhatian, ya nggak ada gunanya. Yang lebih penting adalah gimana kita bisa ngatur hubungan kita sama teknologi supaya tetap sehat dan nggak sampai kebablasan. Daripada ngumumin “gue mau detox dulu yaaa” di media sosial tapi balik-balik malah makin kecanduan, lebih baik pelan-pelan atur screen time dan belajar mindful dalam penggunaan gadget. Dengan begitu, kita bisa tetep waras tanpa harus lebay.